Profil Desa Tunjungseto
Ketahui informasi secara rinci Desa Tunjungseto mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Tunjungseto, Kecamatan Sempor. Menjelajahi pesona desa `Teratai Putih` yang asri, keuletan para perajin gula kelapa sebagai nadi ekonomi, serta potensi agrowisata autentik yang tersembunyi di dataran tinggi Kabupaten Kebumen.
-
Identitas Puitis `Teratai Putih`
Memiliki nama unik dan filosofis (Tunjung = Teratai, Seto = Putih) yang mencerminkan karakter desa yang asri, tenang, dan murni di tengah perbukitan Sempor.
-
Sentra Gula Kelapa Tradisional
Perekonomian utama masyarakatnya digerakkan oleh industri rumahan gula kelapa (gula Jawa), yang melibatkan keahlian para penderes nira dan proses memasak yang diwariskan secara turun-temurun.
-
Potensi Agrowisata Autentik
Menawarkan daya tarik wisata minat khusus yang berbasis pada pengalaman, seperti wisata edukasi proses pembuatan gula kelapa dan penjelajahan alam perdesaan yang masih sangat alami.
Di antara jajaran perbukitan sejuk Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen, terhampar sebuah desa dengan nama yang puitis dan penuh makna: Tunjungseto. Jauh dari keramaian, desa ini ibarat sebuah permata tersembunyi yang pesonanya tidak terletak pada kemegahan, melainkan pada keaslian alam, ketulusan warganya dan aroma manis dari dapur-dapur perajin gula kelapa. Tunjungseto merupakan representasi dari kehidupan perdesaan dataran tinggi yang tangguh, produktif, dan harmonis dengan alam sekitarnya.
Tunjungseto: Legenda di Balik Nama Sang Teratai Putih
Nama sebuah tempat seringkali merupakan cerminan dari sejarah, alam, atau harapan masyarakatnya. Demikian pula dengan Tunjungseto, yang namanya berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa: Tunjung, yang berarti bunga teratai atau lotus, dan Seto, yang berarti putih. Secara harfiah, Tunjungseto bermakna "Teratai Putih", sebuah simbol kesucian, keindahan, dan ketenangan.Filosofi nama ini begitu selaras dengan kondisi nyata desa. Bagaikan sekuntum teratai putih yang mekar di tengah kolam yang jernih, Desa Tunjungseto hadir sebagai sebuah oase keasrian di antara hijaunya perbukitan. Nama ini tidak hanya menjadi identitas administratif, tetapi juga menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi warganya, mengingatkan mereka untuk senantiasa menjaga keindahan dan kemurnian alam yang telah menghidupi mereka selama berabad-abad.
Geografi Perbukitan dan Lanskap Perkebunan Kelapa
Secara geografis, Desa Tunjungseto berada di kawasan dataran tinggi dengan kontur tanah yang bergelombang hingga curam. Luas wilayahnya tercatat sekitar 4,13 km², di mana sebagian besar lahannya dimanfaatkan untuk pertanian lahan kering, perkebunan rakyat, dan permukiman yang menyebar mengikuti alur perbukitan. Tidak seperti desa di dataran rendah yang didominasi hamparan padi, lanskap Tunjungseto diwarnai oleh rimbunnya pohon kelapa, yang menjadi bahan baku utama industri andalan desa.Selain kebun kelapa, di beberapa area yang lebih landai masih dijumpai sawah dengan sistem terasering yang indah, menunjukkan kearifan lokal dalam mengelola lahan miring. Desa ini juga dialiri oleh beberapa sungai kecil yang menjadi sumber air bagi pertanian dan kebutuhan sehari-hari warga. Udara yang sejuk dan pemandangan alam yang hijau menjadi kekayaan utama yang dimiliki Desa Tunjungseto.Adapun batas-batas wilayah Desa Tunjungseto secara administratif ialah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sampang.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Donorejo.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kenteng.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sampang.
Demografi dan Karakter Masyarakat Perajin yang Ulet
Kehidupan di dataran tinggi membentuk karakter masyarakat yang khas. Berdasarkan data BPS Kabupaten Kebumen per Agustus 2025, Desa Tunjungseto dihuni oleh 3.650 jiwa. Dengan luas wilayah 4,13 km², kepadatan penduduknya tergolong rendah, yakni sekitar 884 jiwa per km², menandakan sebuah komunitas yang tidak padat dan masih sangat menyatu dengan alam.Sebagian besar penduduk Desa Tunjungseto berprofesi sebagai petani dan perajin gula kelapa. Profesi ini menuntut sifat-sifat seperti keuletan, kesabaran, dan keberanian, terutama bagi para penderes (penyadap nira kelapa) yang setiap hari harus memanjat pohon kelapa yang tinggi. Semangat gotong royong dan ikatan sosial antarwarga terjalin sangat erat, menjadi modal sosial yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan hidup di perbukitan. Kehidupan komunal yang sederhana namun hangat menjadi ciri khas masyarakat Tunjungseto.
Nadi Ekonomi: Manisnya Gula Kelapa dan Hasil Bumi Lainnya
Perekonomian Desa Tunjungseto memiliki keunikan yang menjadi daya saingnya, yaitu industri gula kelapa tradisional atau yang lebih dikenal sebagai gula Jawa. Industri ini merupakan nadi ekonomi utama yang menghidupi sebagian besar keluarga di desa ini. Proses produksinya yang masih sangat tradisional menjadi sebuah atraksi tersendiri.Setiap pagi dan sore, para penderes akan memanjat puluhan pohon kelapa untuk menyadap nira dari manggar (bunga kelapa). Nira yang terkumpul kemudian dibawa ke dapur-dapur sederhana (pawon) untuk dimasak di atas tungku kayu bakar selama berjam-jam. Proses memasak yang membutuhkan ketelatenan ini akan mengubah nira cair menjadi cairan gula kental yang kemudian dicetak menggunakan batok kelapa dan dibiarkan mendingin hingga mengeras. Aroma manis gula yang sedang dimasak menjadi wangi khas yang menyelimuti hampir setiap sudut desa.Selain gula kelapa, warga juga mendapatkan penghasilan dari hasil bumi lainnya seperti padi di sawah terasering, singkong, pisang, dan aneka buah-buahan lainnya yang tumbuh subur di lahan perbukitan.
Potensi Tersembunyi: Rintisan Agrowisata dan Keindahan Alam
Meskipun belum sepopuler tetangganya, Desa Sempor, Tunjungseto menyimpan potensi wisata yang sangat besar, khususnya di segmen agrowisata dan wisata alam. Keaslian proses pembuatan gula kelapa merupakan daya tarik edukatif yang luar biasa. Desa ini berpotensi mengembangkan paket wisata pengalaman, di mana pengunjung dapat melihat langsung, bahkan mencoba, proses dari penyadapan nira hingga mencetak gula.Selain itu, keindahan alamnya juga menawarkan potensi untuk dikembangkan. Jalur-jalur perbukitan yang ada dapat ditata menjadi rute lintas alam (trekking) yang menarik. Keberadaan air terjun (curug) tersembunyi yang mungkin ada di wilayah hutannya juga dapat menjadi destinasi wisata alam andalan jika dikelola dengan baik dan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Visi ke Depan: Mempertahankan Tradisi, Meraih Kesejahteraan
Visi pembangunan Desa Tunjungseto di masa depan bertumpu pada dua pilar utama: penguatan industri gula kelapa dan pengembangan pariwisata berbasis komunitas secara bertahap. Tantangan yang dihadapi antara lain adalah stabilitas harga gula di pasaran, regenerasi profesi penderes di kalangan generasi muda, dan peningkatan akses infrastruktur.Dengan strategi yang tepat, seperti pengembangan merek kolektif untuk "Gula Kelapa Tunjungseto", peningkatan standar kualitas dan pengemasan, serta promosi potensi agrowisata yang terintegrasi, desa ini memiliki peluang besar untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Harapannya, manisnya gula kelapa dari Tunjungseto tidak hanya dapat dinikmati di pasar lokal, tetapi juga dapat menjadi cerita manis tentang keberhasilan sebuah desa dalam mengubah tradisi menjadi sumber kemakmuran, memastikan sang `Teratai Putih` terus mekar abadi di perbukitan Kebumen.
